Sebuah Proses, Sebuah Cerita

1970-01-01 07.00.00 30.jpgSaya pernah menjadi orang yang sangat keras kepala, memaksakan keadaan, berbuat sesuka hati bahkan sinis menanggapi banyak hal, meski terkadang sesuatu moment tersebut  perlu ditangisi.

Saya pernah menjadi orang yang sangat sulit mengungkapkan apa yang ada didalam pikiran dan hati. Orang melihat saya sebagai manusia yang penuh emosi dan arrogant.

Saya pernah menjadi orang yang acuh tak acuh, sukar mengerti keadaan dan terkadang tidak punya empati terhadap perasaan orang lain.

Saya sempat tak tahu caranya mengungkapkan banyak hal, padahal semua itu sudah berada di ujung lidah dan mulut tinggal bicara, tapi tak pernah bisa.

Saya pernah menjadi orang yang selalu benar, walaupun argument dari lawan bicara sangat logis namun belum tentu saya benarkan, mereka selalu salah di mata saya.

Saya selalu mencintai diri saya sendiri, memanjakannya dan tidak ingin berbagi cinta dengan orang lain. Karena menurut saya, kalian tak layak menerima cinta dari saya.

Saya pernah memiliki ego yang sangat tinggi, bahkan pernah berada pada titik tertinggi dalam sebuah kalimat yang bernama EGOIS.

Pantaskah saya diinginkan?

Pantaskah saya diperjuangkan

Apakah saya selalu beruntung?

Manusia itu selama masih bernafas dan tinggal di dunia, mengalami proses disepanjang hidupnya dan juga disisa hidupnya. Hal-hal yang saya pernah alami seperti yang dinyatakan di atas adalah sebuah awal. Apakah sudah ada akhirnya? Saya menjawab, belum.

Manusia akan terus disempurnakan bersama keadaaan, kenyataan bahkan sakit yang dideritanya. Mau komplain, sah-sah saja. Mau marah, tidak ada yang melarang bahkan mau tak percaya Tuhan sekalipun adalah kebebasan.

Respon kita terhadap proses yang kita alami adalah menggambarkan diri kita yang sebenarnya. Apakah kita layak berubah atau masih tinggal dengan hal yang sama.

Merespon secara negatif atau positif adalah bentuk kemampuan kita masing-masing. Apakah kita peka terhadap kekurangan kita, dan ingin merubahnya. Setidaknya, berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Caranya berubah (menjadi lebih baik) tentunya jelas tidak ada yang sama, antara manusia satu dengan yang lain. Tetapi sadarilah, membuat lawan bicara atau orang lain merugi adalah sesuatu yang sangat tidak baik. Kecuali jika kita hanya sendiri di dunia, pun tidak ada yang komplain dengan sikap kita yang dianggap berpihak pada EGO.

Ingin dicintai, maka mencintailah dahulu

Ingin dimengerti, maka mengertilah dahulu

Ingin disayangi, maka sayangilah dahulu

Dahulukan yang baik-baik, sirnakanlah yang merugi.

1 comment

  1. Sayangi siapa dulu? Diri sendiri atau orang lain dulu?

    ReplyDelete