Yang terlintas

“Berpisah adalah keputusan atau
hanya ingin bernafas lega..”
“Hal baik terjadi diawal saja..?”
well,  Itu hanya pendapatku. Pendapat
yang didasari oleh cerita orang-orang disekitarku, yang dengan ikhlas berkeluh
kesah. Entah ini fiksi atau fakta, coba interprestasikan sendiri saja.
Yang terlintas dari sebuah kata
Perpisahan adalah satu keputusan dimana kedua belah pihak yaitu aku dan kamu
atau kamu dan dia memutuskan untuk berjarak dan jauh. Sepakat untuk tidak lagi
bersama, tidak lagi menuntut suatu perubahan apalagi kesempurnaan juga ingin
hidup terpisah. Hal ini bisa saja menjadi sebuah keputusan, menyebabkan
perasaan yang berkecamuk pada setiap perpisahaan (marah, emosi, sedih, gembira,
dll).
Setiap orang mempunyai alasan
untuk berpisah, tetapi ada yang memilih menjadi terpisah karena ingin bernafas
lega.  Apakah ketika bersama kamu
kesulitan menghirup nafas? atau susah mencari waktu untuk menarik nafas panjang
yang dinamakan dengan kelegaan.
Awalnya kata perpisahan tidak
timbul begitu saja, banyak proses didalamnya sehingga membentuk kata tersebut. Perpisahan
selalu terkesan menyakitkan bagi sebagian orang, namun ada yang memiliki
keyakinan bahwa dengan berpisah keadaan akan menjadi lebih baik.
Di dunia ini kita mengalami
sebuah kejadian-kejadian yang memang harus terjadi seperti itu, dan tidak boleh
ada yang menentangnya karena adalah sebuah skenario dari yang maha kuasa.
Dimana disetiap kelahiran nantinya
dijemput kematian, disetiap kebahagiaan pasti selalu bertemu dengan kesedihan
dan disetiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Entah perpisahan
itu terjadi secara kontekstual atau karena
accident.
Ketika kita berbicara tentang
Cinta, yang terlintas adalah sebuah perpisahan dari pertemuan cinta. Ini menarik
untuk dibahas, perpisahan karena cinta; sering mengakibatkan orang menjadi
menderita?
Mengapa awal bisa begitu indah?
apakah cinta yang dimiliki kurang dipenuhinya sehingga terjadi perpisahan?  Sampai sekarang manusia menjelaskan dengan ego
masing-masing, kemenangan untuk diri sendiri, sehingga menyampingkan makna dari
sebuah cinta yang tulus.
Cinta yang tulus, yang terlintas adalah
sebuah rasa dimana tidak menuntut lebih, dan bisa rela berkorban juga melakukan
apa saja demi sebuah cinta.
Namun, ada namanya cinta ada pula
namanya logika, dilahirkan dengan logika yang lebih manusia menjadi berbeda
satu dengan yang lain. Memaknai cinta berbeda-beda, cinta  sudah terafiliasi oleh logika masing-masing. Sehingga
berpisah melahirkan beribu macam alasan yang dapat diterima dengan akal sehat,
tidak lagi berperasaan apalagi berprasangka.
Jika berpisah membuatmu nyaman,
mengapa sebelumnya sepakat bertemu?
(Di mejaku, Sore.. 11 Januari
2016)



No comments