OB/OG Membantu bukan Pembantu



Dari kecil gue dan adik gue udah punya orang-orang yang membantu di rumah, malah lebih dari satu totalnya dua orang yang membantu. Keluarga kami terbiasa dengan adanya orang yang bukan sedarah atau keluarga, tinggal serumah yang bertugas untuk meringankan pekerjaan nyokap yang memang pure jadi ibu rumah tangga, karena bokap bekerja dan sering lembur.

Gue dan adik gue dibiasakan dari kecil sama bokap dan nyokap untuk memperlakukan mereka dengan manusiawi dan menganggap udah seperti keluarga sendiri. Keluarga kami sangat tidak setuju dengan kata “pembantu”, mama dan papa sering menyebut mereka “anak tinggal” artinya anak yang tinggal dengan keluarga kami.

Karena nyokap doyannya masak dan banyak melakukan aktivitas di dapur, nyokap dan bokap lebih prefer merekrut “anak tinggal” laki-laki. Jadinya “anak tinggal” kami dua-duanya laki-laki. Tugas mereka berdua adalah bersih-bersih rumah dan diluar rumah. Sambil bantuin pindah-pindahin barang, nyuci baju, nyuci kendaraan, nguras bak mandi, nyuci wc, beli-beli di warung dan sisanya sih nemenin adik gue main. Nah gue? Ikut main juga ama mereka, makanya saat ini agak sedikit “tomboy” karena mungkin masa kecil banyak bermain ama laki-laki.

Pekerjaan nyetrika masih sering dilakukan sendiri oleh nyokap, kalau nyokap capek biasanya kita sewa tukang nyetrika, karena jaman gue kecil hal itu mudah dicari. Pokoknya orang tua gue ngajarin gue dan adik gue untuk tidak tergantung ama namanya “anak tinggal” atau jaman sekarang bilang orang yang bantu-bantu. Sampai sekarang gue agak gak setuju dengan panggilan pembantu. Tapi terserah juga buat yang manggil orang yang bantu-bantu di rumah itu dengan sebutan Pembantu, bebas aja.

Gue dan adik gue sampai sekarang masih bisa mengerjakan hal-hal di rumah secara sendiri, padahal masing-masing dari kita sudah berkeluarga dan mampu buat bayar orang yang bantu-bantu. Gue tau bagaimana nyetrika, nyuci meskipun belajarnya susah banget pas udah married. Atau adik gue yang masih bisa nyapu, nyetrika atau beres-beres rumah walaupun dia udah punya istri dan ada orang yang membantu di rumahnya.

Padahal secara logika, dari kecil kita terbiasa hidup enak dan hidup dengan “anak tinggal” tapi kok masih bisa tau pekerjaan rumah? Jawaban gue sih, semua adalah hasil didikkan yang sangat disiplin dari kedua orang tua kami.

Bokap dan nyokap pernah berpesan bahwa “jangan mentang-mentang kamu punya orang-orang yang bisa bantu, kamu bisa seenaknya terhadap mereka” pesan itu yang selalu gue ingat sampai sekarang.

Di dalam bekerja atau pada sebuah perusahaan, tentunya disitu ada profesi seorang office boy (OB) atau office girl (OG) yang memilki tugas dan tanggung jawab. Pada setiap kantor atau perusahaan, tugas OB/OG sudah secara tertulis dan diamanatkan oleh atasan, rata-rata samalah yah tugasnya membantu pekerjaan setiap karyawan, divisi dan atasan.

Namun kamu sadar gak sih? Mereka membantu tapi bukan pembantu. Banyak karyawan yang gue liat memperlakukan mereka seolah-olah mereka itu adalah pembantu pribadi.

Sangat jarang bagi gue menyuruh membuatkan kopi ke OB/OG dan dibawakan di meja kerja gue, jika terjadi biasanya sedang meeting jadi gak sempat keluar untuk bikin kopi sendiri di pantry. Gue melihat banyak karyawan yang tidak tau diri menganggap OB/OG menjadi pembantu mereka secara personal. Contohnya, menyuruh membeli kebutuhan karyawan tersebut di Indomaret/alfamart. Menyuruh mencari jajanan abang-abang yang entah dimana, pokoknya “aku pengen makan ini, tolong cariin sih”. Ada juga yang seenaknya memerintah anterin makan siangnya yang sudah dibeli oleh OB/OG ke meja kerja mereka. Ada yang minta dikupasin buah, banyaklah pokoknya yang menurut gue konyol.

Gue sering minta tolong nyuciin kendaraan ke OB namun setelah dicuciin, gue pasti selalu bayar karena menurut gue itu reward buat mereka karena mengurus hal pribadi gue.

Mengapa kalian seperti itu? Kadang gue memperhatikan dalam diam, berpikir dan berbicara dalam hati “mungkin kalian gak pernah punya pembantu di rumah dari kecil, jadinya bisa seenaknya memperlakukan orang” istilahnya gak mau rugi dan jadi manja dadakan. Padahal, kalau pulang ke rumah masing-masing, kalian bisa kan mengerjakan semua sendiri?

Dan sering gue perhatiin, banyak dari karyawan yang lupa meminta tolong untuk menyuruh dan mengucapkan terima kasih telah dibantu. Sebenarnya simple sih ya, tapi OB/OG masih manusia, tolong dihargai dan ucapan-ucapan itu gak susah kok buat dilakukan.

Manusia, memang berbeda-beda. Lahir dan besar dalam lingkungan yang berbeda. Proses pembentukkan karakter pun disadur dari banyak pengalaman dan situasi.

And will thank to God, memberikan orang tua dan keluarga yang memiliki karakter yang baik. Bokap nyokap gak punya banyak warisan tanah atau lainnya. Mereka mewariskan karakter untuk anak-anaknya, salah satunya menghargai setiap orang dari latar belakang dan profesinya.

134 comments

  1. Di kantor, saya jarang banget minta tolong sama OB. Sekali pun harus nyari dokumen di kardus yang bertumpuk-tumpuk di gudang, selama saya masih bisa, saya ngerjain sendiri. Sadar betul kalau mereka sudah ngerjain banyak kerjaan seperti nyapu ruangan, ngepel, lap meja, kadang nyuciin gelas dan piring yang ada di meja kerja karyawan, dan masih banyak lainnya.

    Dengan begitu, saya cuma berharap bisa sedikit memberikan keringanan supaya mereka juga kerjanya enggak diporsir banget.

    ReplyDelete
  2. Setuju! Memperlakukan manusia dengan manusiawi itu memang penting sekali. Apapun status dan posisi kita, itu hanyalah status dan posisi, bukan "trade mark" kemanusiaan yang seharusnya menjadi "human right" atau hak azasi manusia.

    Pembantu hanyalah manusia yang membutuhkan pekerjaan dan dengan cara itu mereka hidup dan menghidupi keluarga mereka. Di bahu mereka kadang terpikul beban yang jauh lebih berat dan lebih mulia daripada kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas komentarnya mas. Inspiratif!

      Delete
  3. Kalau suamiku tipe orang yg gak gengsian nyapa OB, ngobrol sama OB, dll

    karena kita gak pernah tau nasib OB itu nanti dimasa depan. Siapa tau aja dia bisa sukses dan masih ingat kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup. Nasib orang siapa yang tau, betul itu! thanks atas komentarnya ya

      Delete
  4. Di kantor saya nggak ada OB/OG. Jadi ya semuanya dikerjakan sendiri sama karyawan. Gelas minum juga tanggung jawab masing-masing buat nyuci di sore hari sebelum pulang kerja

    ReplyDelete
  5. Setuju banget nih, kebanyakan orang menyalahgunakan kekuasaan, i'ts ok jika ob/og posisi jabatannya lebih rendah tapi itu bukan berarti bisa menyuruh semaunya aja.

    ReplyDelete
  6. OBOG itu manusia. Aku sejak kecil alhamdulillah diajarin ama ibu bapak, untuk selalu melihat mereka itu manusia. Bahkan dengan tenaga kebun, aku dibiarkan bermain bersama mereka saat mereka kerja. Saat istirahat, kami bisa makan siang bareng di kebun. Mereka adalah sama manusia dg kita, tetapi cuma beda profesi.

    Suka sedih saat ada saudara sendiri yang kesannya gk mau rugi bayar pembantu dan memintanya aktif kerja dari pagi hingga malam.

    ReplyDelete
  7. Wah pendidikan orang tua mbak bagus banget. Meski ada orang yang bantu-bantu tapi tetap harus bisa mandiri dan memperlakukan mereka dengan baik. Saya juga belajar banyak sih dari mama saya yang kalau memperkerjakan orang pasti diperlakukan dengan baik bahkan sering dikasih barang ini itu, katanya biar betah.

    Btw mbak, kalau boleh saran, tulisannya bisa dikasih jarak lagi antar paragraf biar lebih enak dibaca. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, bersyukur banget kalo ortu mengajarkan attitude yg baik yaa
      Alhamdulillaaahhh

      Delete
    2. terima kasih atas sarannya.

      iya terima kasih ya

      Delete
  8. Setiap insan adalah sama tanpa terkecuali, yang berbeda adalah bagaimana kondisi hatinya.
    Alhamdulillah orang tua selalu mengingatkan untuk tidak bersikap sombong dengan sesama. Terima kasih pengingatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Asih, terima kasih juga ya komentarnya hehe

      Delete
  9. Kalau saya ketika melihat mereka santai dan sedang tidak sibuk melakukan sesuatu.. baru biasanya minta tolong yg ringan2 saja... soalnya pernah ada ob yang merasa tersinggung...ga pernah dimintakan tolong saya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kadang juga ada OB yang malas minta ampun, yah kita sebagai yang lebig terdidik harus lebih pintar menempatkan diri.

      Delete
  10. Di kantor saya OB "cuma" bersih-bersih, nyapu dan ngepel sebelum jam kerja mulai. Kalo nyuci gelas, mangkuk, bikin kopi teh, tanggung jawab masing2. Beli jajanan tinggal order via ojol.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Ayun. Di Kantor saya OB/OG agak capek kerjanya hehe

      Delete
  11. yap di tempat kerja, OB kerjanya membantu. kalaupun saya minta tolong belikan makanan, beliau saya belikan jg. sebab dulu kan ojol gak ada, mau minta tolong ke siapa lagi kalau bukan beliau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Artha. Yakinlah disaat kita memberi, kita akan menerima. Terima Kasih ya komentarnya

      Delete
  12. Sebenarnya menurut saya pribadi,itu kembali dari didikan orang tua.
    Mau ada atau nggak 'pembantu' kalau didikan orang tua salah. Ya salah aja
    Adik perempuan saya aja pernah cerita pengalamannya magang disuatu perusahaan swasta.
    Pulang dari magang langsung babibu cerita panjang lebar.
    Memang sih ya, mesti anak magang bukan hal jadi kesempatan buat nyuruh-nyuruh. Kalau disuruh fotocopy berkas,angkat telpon,mengamati karyawan lain kerja ya masih taraf normal.
    Lah ini disuruh beli jajanan ice cream lah, nasi padang lah, kebutuhan lagi datang bulan lah.
    Duh greget dengernya.
    Itu anak magang,apalagi OB nya coba

    ReplyDelete
  13. Kalau boleh tau, alasan apa yang membuat orang tua Anda lebih memilih anak tinggal laki dibanding perempuan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena lebih menjaga di rumah dan lebih bisa kerja yang agak berat, seperti angkat-angkat ember dan bersih-bersih pekarangan. soalnya ibu saya senang bersih-bersih rumah dan masak, lebih ke fungsional ngambil yang cowok.

      Delete
  14. wah mbaaa aku baru tau ada istilah penyebutan ini dan aku kalo based on my experience, pernah punya pengalaman traumatis sama pembantu ini, makanya kalo nanti punya anak aku mau aja ada mba tp yang ga full time dan menginap gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pengalaman apa mbak? bisa dibagi dan diceritakan? hehe

      Delete
  15. Aku nggak bekerja sih mbak, tapi ada beberapa kawan yang punya asisten rumah tangga di rumah, kadang kasihan juga lihat mereka diperlakukan maaf kata sepele atau rendah gitu. Padahal kalau dipikir kalau gak ada mereka, urusan si bos juga bisa keteteran dan mereka juga kan punya perasaan ya

    ReplyDelete
  16. Kadang ada orang-orang yang kurang bisa memanusiakan manusia ya mba Gina. Mereka merasa orang-orang tersebut derajatnya lebih rendah. Padahal, orang yang bener2 mental kaya, malah lebih bagus dalam memperlakukan orang Lain..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak. Semoga kita selalu diberikan sikap rendah hati

      Delete
  17. Aku nggak bekerja di kantoran sih jadi kalau untuk urusan rumah semuanya kukerjakan sendiri selama ini tanpa asisten rumah tangga.
    Tapi pernah dengar juga cerita teman, kalo di kantornya, OB selain membersihkan kantor biasanya juga sering diminta belikan makanan atau membuatkan mie instan untuk makan siang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ppernah juga menyuruh membuatkan mie, sekali saja dan itupun alasan karna darurat. Gak pernah sering atau dua kali

      Delete
  18. OB di kantor saya dulu ada yang malas, ada yang rajin.
    Kalau saya mah memberdayakan OB/OG buat mintol beliin makan (dulu, zaman belom ada gofood atau sejenisnya hahaha), kalau bikin kopi, saya prefer sendiri, biar lebih pas dengan selera saya.

    Palingan, lantai di meja saya bersih dan wangi, udah cukup deh :D

    ReplyDelete
  19. Aku juga kurang setuju kalau ob di kantor itu disuruh-suruh hal lain di luar job desc utamanya, apalagi kalau nggak kasih upah. Kasian kak, mereka kan bukan bertugas melayani kita aja ya kan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, padahal jobdesknya membantu kita dalam pekerjaan kantor

      Delete
  20. Warisan karakter dr orang tua itu yg paling penting dibandingkan dengan yang lainnya.
    Kebanyakan orang emang blom aware suka seenaknya menyuruh Ob melakukan hal2 diluar jobdes. Kalo aku justru menjadikan mereka teman, tapi suka malu sendiri mereka malah tambah baik dengan melayani Dan ku risih hihiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu dia, tapi memang ada juga OB yang malas hmmm, suka kesel hehe

      Delete
  21. Tulisan ini meningatkan kita untuk lebih menghargai pekerjaan OB/OG ya bahwa mereka juga pekerjaan profesional

    ReplyDelete
  22. Kalo hanya ngupasin buah mesti nyuruh OB, Waah keterlaluan banget. Punya tangan buat apa sih emangnya!

    Memperlakukan orang lain jgn melihat dari profesinya, mungkin iya dia berprofesi sebagai OB. Tapi tidak selayaknya diperlukan seperti itu.

    Hargai mereka sebaik-baiknya dan perlakuan mereka secara manusiawi. Dihadapan Tuhan, kita itu sama saja, yg membedakan hanya amal perbuatannya

    ReplyDelete
  23. Memang bukan warisan harta yang sangat penting adalah warisan karakter. Kita akan menjadi sosok seperti yang mereka tanam dalam diri kita hal-hal yang bisa kita biasakan di rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar sekali mbak Anggi. Thanks for ur comment ya

      Delete
  24. Bersyukur bgt yaaa punya ortu yg bijaksana. Semoga ini menginspirasi para ortu juga seperti diriku utk mewariskan karakter yg baik dan mulia

    ReplyDelete
    Replies
    1. pendidikan karakter itu sangat berguna buat bekal kita nanti selain pendidikan agama.

      Delete
  25. Aku pun sampaikan ke anak anakku ya begitu. Bukan berarti kita mampu menggaji orang trus kita sewenang-wenang. Harus tetap hormati juga ART

    ReplyDelete
  26. kalo di kantor zaman saya kerja, OB-nya suka dimintain beli ini-itu tetapi setelah itu ya dikasih tips. Soalnya itu kan urusan pribadi dan sebagai tambahan penghasilan buat dia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, gpp disuruh untuk urusan pribadi, tapi dikasih tip hehe

      Delete
  27. Saya jg paling kesel sama orang yang sok jagoan nyuruh-nyuruh OB semena-mena. Padahal kan bukan tugasnya mereka sih melayani karyawan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kak. Kak beliin Jam donk, #eh hahaha canda Kak

      Delete
  28. Tulisan pengingat yg bagus banget bahwa manusia itu sama.
    Dulu waktu kerja, OBOG kerjanya hanya di area toilet, area umum (koridor, r. meeting0. Kebersihan ruangan yg digunakan, tanggungjawab yg kerja, punya piket giliran. Sehingga OBOG sama seperti karyawan lainnya.

    ReplyDelete
  29. selama saya masih bisa dan sempet bikin minuman sendiri di kantor, saya usahakan utk bikin sendiri.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah ob og di kantorku di perlakukan dengan sangat baik dan punya kedekatan emang sama semua karyawan.. Kerjanya Bagus, kita pun karyawan adanuang kas khusus utk lbh memakmurkan mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh, menginspirasi. Ada uang Kas. Aku pen usulin seperti itu ah

      Delete
  31. Aku setuju dengan istilah membantu, bagaimanapun mereka OG/OB adalah manusia juga yang kedudukannya sejajar dengan manusia lainnya.. dan mereka juga punya hati dan perasaan maka itu jaga hati mereka sebagaimana menjaga hati teman dan keluarga kita sediri ya mbak

    ReplyDelete
  32. Saya pernah kerja di suatu tempat yang emang basicly isinya para juragan. Btw, saya kerja disitu karena skill saya yang dibutuhkan sama mereka. Nah, sampai saya lihat pada perlakuan ke OB yang kurang egaliter.

    Saya lihatin kalo pagi si OB ini gak ada ceria-cerianya. Mungkin banyak utang, atau ada masalah lain. Tapi dugaan saya sih sikap karyawan di tempat kerja itu.

    Setelah saya resign, ketemu lagi sama OB ini, dia baru berani curhat.

    Sikap sebagian kita memang tidak manusiawi sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Turut prihatin, semoga kita semua diberikan sikap rendah hati terhadap sesama manusia ya bang Doel

      Delete
  33. Di kantor saya dahulu, OBOG sudah seperti keluarga. Bahkan, kami menyisihkan zakat setiap bulan yg salah satu tujuannya untuk bergiliran menaikhajikan mereka. jadi setiap tahun itu pasti ada 1 OB yg naik haji. Jadinya orang rebutan mau jadi OBOG di kantor saya dahulu. Hehehe. Setelah jadi ibu rumah tangga pun, waktu masih pakai ART, keluarga kami memperlakukannya selayaknya manusia. Tidak ada dibeda-bedakan. Alhasil, meski sekarang dia sudah tak bekerja dengan kami lagi, setiap ke Bali, mesti dia datang bertamu ke rumah. Prinsipnya, jika kita ingin diperlakukan baik, maka perlakukan orang lain dengan baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak! mantan ART saya sampai sekarang masih menjalin silahturahmi di Facebook hehe, meskipun dia udah kerja di Malaysia

      Delete
  34. Dulu waktu masih ngantor, punya OG yang bingung kalau nggak ada kerjaan. Setelah bersih-bersih, praktis dia udah ga ngapa-ngapain. Suka nawar-nawarin untuk beliin makanan ataupun bikinin mie instan. Malah pernah dia komersilin nih, dia beli sendiri mie instan dan telur, nah siapa yang mau tinggal beli ke dia. Sekaligus dibuatin dan diantarkan ke meja. OG yang sungguh cerdas.

    ReplyDelete
  35. Setuju banget. OB OG ini memang membantu bukan pembantu. Jadinya ya kita wajib memperlakukan dia setara. Suka sebel deh sama orang yang ngerendahin mereka. Kayak di mall-mall gitu. Kalo di kantor dulu sih, Alhamdulillah semua pada baik ke OB

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, kesel kan? Yah semoga mulai dr kita selalu diberikan sikap rendah hati.

      Delete
  36. Waktu kecil nggak ada yang bantu-bantu mamah, sekarang pun dikerjain sendiri aja kerjaan rumah tangga, dan memang sewaktu masih kerja kadang lihat karyawan lain suka nyuruh ini itu ke OB kalau saya selagi masih bisa dikerjain sendiri ya kerjain aja, rasanya sungkan minta tolong orang lain untuk hal-hal pribadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena mereka di gaji untuk keperluan perusahaan.

      Delete
  37. Karena sudah terbiasa bekerja dirumah, pas ada OB di kantor, tetap ada perasaan risih ketika dibuatkan minuman pertama kali.
    Katrok ya...

    Selanjutnya, aku lebih suka buat sendiri, hihihi.
    Kecuali itu tadi, pas ada sesi rapat

    Setuju OB/OG memang membantu, bukan pembantu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya begitulah mbak. Padahal kalau kitasudah terbiasa bekerja di rumah, knp di kantor nyuruh-nyuruh? mungkin katrok hehe

      Delete
  38. Anak tinggal. Sebutan yang unik.

    Suami saya juga suka ngopeni anak orang,untuk bantu-bantu. Tak pernah kepikiran menyebutnya anak tinggal. Kadang berseloroh dengan menyebut 'anak' padahal usia kami paling terpaut 10 tahun.

    Ah, saya jadi kangen punya anak tinggal lagi. Sejak usaha kami bangkrut, semua sudah beda, sekarang.

    ReplyDelete
  39. Iya setuju aku dulu zaman kerja ga pernah nyuruh2 kecuali ngasih uang sbg upah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup! Boleh nyuruh urusan pribadi yah skali-skali kasih tip hehe

      Delete
  40. Mba, saya baru tau istilah "anak tinggal", jadi lebih bijaksana gitu. Emang kita harus memperlakukan seperti OB dengan cara yang baik. Karena mreka juga manusia yang punya hati juga sama kayak kita. Kalo aku belum pernah merasakan ada orang "asing" yang ikutan tinggal dirumah, semua Ibuku yang beresin hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, anak tinggal..sebutan yang diberikan kedua orang tuaku. Terutama ibuku yang sudah almarhumah

      Delete
  41. ya bener, OB itu membantu bukan pembantu. Banyak yang nyuruh OB seenaknya dengan alasan MEREKA DIBAYAR gak apa-apa kan? seharusnya yang nyuruh kalo mempekerjakannya diluar tugasnya ya kasih dia upah diluar itu.
    Misal kalo disuruh beli bakso ya belikan dia bakso juga, jangan hanya kebagian bau basonya saja

    ReplyDelete
  42. Setuju banget
    Tindakan semena mena cuma menunjukkan sikap feodal yang harus dihapus

    ReplyDelete
  43. Zaman dulu aku masih kerja kantoran, aku suka kasih tip buat OB atau OG yang aku minta tolong beliin makan siangku. Jangan lupa bilang 'tolong' dan ucapkan 'terim kasih' karena mereka membantu. Kita juga terbantu dengan kerja mereka. Ga boleh semana2 ya sama mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kata-kata tolong dan terima kasih aku suka kesel kalo ada teman kantorku gak pernah ucapin hmm.

      Delete
  44. Senang dan bangga dengan orang tua yang punya kedisiplinan untuk menanamkan karakter baik terhadap ank, sejak dini. Semoga saya bisa mencontoh ayah dan bunda Mbak Gina. Salma sungkem buat beliau ya...
    Dari saya seorang ibu yang sedang banyak belajar untuk mendidik anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal mbak Salma, semoga kita diberikan sikap seperti orang tua kita yang baik budi pekertinya. Amin

      Delete
  45. Saya setuju, Mbak.
    OB atau OG memang bukanlah pembantu kalau bs lakukan sendiri sebisa mungkin jgn nyuru2 mereka. Saya pun dl saat kerja kalau mnta bantuan OB keluar atau nitip beli amkaan misalnya saya selalu kasih dia uang atau beli dua sama dia dg kata2 saya traktir. Saya pun srg ajang nongkrong dinoantai bareng teman2 kantor yang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah seharusnya begitu, kan mereka juga punya perasaan apalagi dikit-dikit nyuruh gak kasih tip hmmm

      Delete
  46. Tulisannya menginspiratif mbak..
    Bahwa kita harus memperlakukan semua org dgn baik tanpa memandang status sosialnya

    ReplyDelete
  47. Nah, ini nih yang suka bikin aku gemes, Mbak. OB dipekerjakan di perusahaan tuh sudah dengan tugas masing-masing. Memang ada sih, OB yang tugasnya khusus membuatkan minuman pagi dan stok air putih di teko ke setiap meja di seluruh sudut kantor. Tapi ada juga yang sebenarnya tugasnya hanya bersih-bersih.

    Tapi ya, entah bagaimana awalnya kok bisa jadi disuruh beli cemilan, makan siang, dll. Saat OB tersebut sedang luang, mungkin oke aja ya, tapi mbok ya diberi tips gitu. Entah berupa uang atau ekstra beli paket makan siang buat dia. Kan, sifatnya minta tolong.

    Semoga semakin banyak orang-orang yang menyadari bahwa ucapan tolong, terima kasih, dan maaf itu, luar biasa dampaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Peryataan mbak dan komentar mbak sudah melengkapi kegelisahanku soal issue ini hehe. Thanks

      Delete
  48. Saya setuju banget sama semua yang Mbak Gina tulis di atas.

    Saya dari keluarga sederhana tapi dulu ibu saya punya asisten rumah tangga juga. Ada yang nyuciin dan seterikain, masakin juga. Tapi saya dan adik2 dididik untuk bisa melakukan sendiri beberapa pekerjaan rumah. Kalo macam pakaian dalam, kami gak boleh suruh orang cuciin.

    Suka mikir juga, OB/OG yang disuruh2 cariin makanan itu bagaimana ya, yang sampe harus ke luar kantor atau gedung.Padahal kan kerjaan mereka sebenarnya di dalam kantor, ya.

    ReplyDelete
  49. Banyak banget mbak, pada seenaknya nyuruh bak pembantu pribadi. Kita yang dengar dan lihat kadang risih banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kezel, pen negor ntar dituduh kepo atau suka mencampuri urusan orang lain. Yah hanya dengan menulis, saya bisa curcol hehehe

      Delete
  50. OB/OG menurutku pekerjaan yang tak mudah. Aku juga sepakat kalo mereka mesti diapresiasi bukan sebagai pembantu tapi hanya membantu.

    ReplyDelete
  51. Ini baru yang namanya memanuasiakan manusia ya mbak krena jujur ku suka sediiiih banget lihat baby sitter yang nggak ikut makan saat majikannya6makan. Malah kdang ada yg nggak dikasih tempat duduk jdi cma gendong anaknya aja. Duh tega banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak yang begitu, semoga tulisan ini tersampaikan dan tepat sasaran.

      Delete
  52. Intinya terletak pada empati sih sebenarnya ya. Saya termasuk yang ngga enakan kalau nyuruh-nyuruh orang sembarangan meski sama karyawan sendiri. Jadi selain tugas yang bukan tanggung jawabnya, tidak akan saya bebankan sama yang bersangkutan. Kalaupun harus meminta bantuan, tak lupa katakan tolong dan terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, banyak yang bersimpati tetapi sedikit yang berempati

      Delete
  53. Saya ngga pernah nyuruh OB untuk urusan pribadi saya. Ga enak dan ga etis aja karena mereka bukan asisten pribadi saya.

    ReplyDelete
  54. Membaca tulisan ini saya jadi ingat ayah saya, beliau juga seorang OB 😊

    ReplyDelete
  55. Setuju banget mbak, mereka bukan pembantu.. dan saat kita memerlukan bantuan mereka kita juga harus dengan cara yg benar, yaitu jgn lupa "tolong" dan "terima kasih" 😊 jadi ingat dulu sama ibu yg bantuin membersihkan rumah serta menjaga adik, tiap hari kami terbiasa makan bersama..

    ReplyDelete
  56. Ya walaupun di rumah ada pembantu, jgn semua diserahkan semua pekerjaan pada pembantu. Dan bila kita menyuruh dia, gunakan kata minta tolong dan bila selesai ucapkan terima kasih. itu lebih enak didengar.

    ReplyDelete
  57. Di kantorku yang dulu OB kyknya diperlakukan sama seperti karyawan lain. Hampir gak ada yang mintol beliin apa gtu ke OB kecuali para big boss hehe. Kalau karyawan biasa ya jalan sendiri beli makan atau beli yang dia butuhkn, kecuali kalau butuh kirim paket atau apa gtu baru minta tolong. Yg penting jgn merendahkan posisi OB krn tanpa mereka sistem gk jalan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Namun, memang ada beberapa karyawan di kantor saya yang gayanya udh mirip big boss hehe

      Delete
  58. Semoga aku termasuk orang yang tidak lupa bersikap santun kepada siapa pun termasuk OB/OG.. Karena mereka sangat membantu banget..

    dianesuryaman dot com

    ReplyDelete
  59. Intinya ya kita harus menghargai sesama, siapapun itu termasuk OBOG ataupun seseorang yang biasa membantu kita di rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Karena disaat kita menghargai orang lain maka akan diperlakukan demikian thdp diri kita

      Delete
  60. Keren yah orang tuanya punya sikap yang bagus dalam mengajarkan anak2nya untuk menghargai apapun profesi orang lain termasuk profesi sebagai OB. Memang seharusnya sikap kita begitu ya Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang tua kita memberikan bekal melebihi harta dan kekayaan duniawi hehe

      Delete
  61. Setuju banget mbak. Apapun profesinya memang kita mesti menghargai orang lain. Karakter yang bagus, two thumbs up 😊

    ReplyDelete
  62. Setuju! Sesama manusia harus saling bekerja sama satu sama lain. Terlepas apapun status dan profesinya. Toh OG ataupun OB memiliki tugas dan tanggung jawab juga peranan yang sama penting sperti profesi lainnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yep! Harus saling menghargai satu dengan yang lain

      Delete
  63. Setuju bgt nih. Aq jgbmengajarkan ank q dgn pekerjaan2 rumah tangga, mualai dr yg gampang2 aja sih. Jika kelak dewasa nanti mereka jd tdk ketergantungan dgn yg nm nya asisten rmh tgga. Lebih bs mandiri lah ya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena hanya itu yang harus dibekali kemampuan mandiri karena harta pasti ada abisnya

      Delete
  64. Benar banget, Mba. OB juga manusia seperti kita yang butuh dihargai :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yep! harus saling menghargai satu dengan yang lain walaupun beda profesi

      Delete
  65. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cerita yang menarik dari mbak. Terima kasih ya sudah berbagi cerita

      Delete
  66. Iya kebanyakan mereka memperlakukan layaknya pembantu, ku suka gemes deh, kadang nyuruhnya diluar jobdesk mereka, kan kasian ya mereka juga kalau disuruh2 jadi keteteran kerjaannya yang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbak juga punya pengalaman dengan hal tersebut?

      Delete
  67. “jangan mentang-mentang kamu punya orang-orang yang bisa bantu, kamu bisa seenaknya terhadap mereka” ini pesan saya gunakan jika nanti ada orang yg saya mau minta tolong.. biasanya saya orangnya suka meminta tolong tapi tidak cukup untuk bilang terima kasih biasanya saya kasih uang atau belikan susu untuk anak mereka

    ReplyDelete
  68. Aku gak pernah sih kerja di kantoran, tapi kalau buat aku selama masih bisa dikerjakan sendiri kenapa harus nyuruh orang lain

    ReplyDelete