Dari kecil gue dan adik gue udah
punya orang-orang yang membantu di rumah, malah lebih dari satu totalnya dua
orang yang membantu. Keluarga kami terbiasa dengan adanya orang yang bukan
sedarah atau keluarga, tinggal serumah yang bertugas untuk meringankan
pekerjaan nyokap yang memang pure jadi ibu rumah tangga, karena bokap bekerja
dan sering lembur.
Gue dan adik gue dibiasakan dari kecil sama bokap dan nyokap
untuk memperlakukan mereka dengan manusiawi dan menganggap udah seperti
keluarga sendiri. Keluarga kami sangat tidak setuju dengan kata “pembantu”,
mama dan papa sering menyebut mereka “anak tinggal” artinya anak yang tinggal
dengan keluarga kami.
Karena nyokap doyannya masak dan banyak melakukan aktivitas di dapur, nyokap dan bokap lebih prefer merekrut “anak tinggal” laki-laki. Jadinya “anak tinggal” kami dua-duanya laki-laki. Tugas mereka berdua adalah bersih-bersih rumah dan diluar rumah. Sambil bantuin pindah-pindahin barang, nyuci baju, nyuci kendaraan, nguras bak mandi, nyuci wc, beli-beli di warung dan sisanya sih nemenin adik gue main. Nah gue? Ikut main juga ama mereka, makanya saat ini agak sedikit “tomboy” karena mungkin masa kecil banyak bermain ama laki-laki.
Karena nyokap doyannya masak dan banyak melakukan aktivitas di dapur, nyokap dan bokap lebih prefer merekrut “anak tinggal” laki-laki. Jadinya “anak tinggal” kami dua-duanya laki-laki. Tugas mereka berdua adalah bersih-bersih rumah dan diluar rumah. Sambil bantuin pindah-pindahin barang, nyuci baju, nyuci kendaraan, nguras bak mandi, nyuci wc, beli-beli di warung dan sisanya sih nemenin adik gue main. Nah gue? Ikut main juga ama mereka, makanya saat ini agak sedikit “tomboy” karena mungkin masa kecil banyak bermain ama laki-laki.
Pekerjaan nyetrika masih sering
dilakukan sendiri oleh nyokap, kalau nyokap capek biasanya kita sewa tukang nyetrika,
karena jaman gue kecil hal itu mudah dicari. Pokoknya orang tua gue ngajarin
gue dan adik gue untuk tidak tergantung ama namanya “anak tinggal” atau jaman sekarang
bilang orang yang bantu-bantu. Sampai sekarang gue agak gak setuju dengan panggilan
pembantu. Tapi terserah juga buat yang manggil orang yang bantu-bantu di rumah
itu dengan sebutan Pembantu, bebas aja.
Gue dan adik gue sampai sekarang
masih bisa mengerjakan hal-hal di rumah secara sendiri, padahal masing-masing
dari kita sudah berkeluarga dan mampu buat bayar orang yang bantu-bantu. Gue tau
bagaimana nyetrika, nyuci meskipun belajarnya susah banget pas udah married. Atau
adik gue yang masih bisa nyapu, nyetrika atau beres-beres rumah walaupun dia
udah punya istri dan ada orang yang membantu di rumahnya.
Padahal secara logika, dari kecil kita terbiasa hidup enak dan hidup dengan “anak tinggal” tapi kok masih bisa tau pekerjaan rumah? Jawaban gue sih, semua adalah hasil didikkan yang sangat disiplin dari kedua orang tua kami.
Bokap dan nyokap pernah berpesan bahwa “jangan mentang-mentang kamu punya orang-orang yang bisa bantu, kamu bisa seenaknya terhadap mereka” pesan itu yang selalu gue ingat sampai sekarang.
Padahal secara logika, dari kecil kita terbiasa hidup enak dan hidup dengan “anak tinggal” tapi kok masih bisa tau pekerjaan rumah? Jawaban gue sih, semua adalah hasil didikkan yang sangat disiplin dari kedua orang tua kami.
Bokap dan nyokap pernah berpesan bahwa “jangan mentang-mentang kamu punya orang-orang yang bisa bantu, kamu bisa seenaknya terhadap mereka” pesan itu yang selalu gue ingat sampai sekarang.
Di dalam bekerja atau pada sebuah
perusahaan, tentunya disitu ada profesi seorang office boy (OB) atau office
girl (OG) yang memilki tugas dan tanggung jawab. Pada setiap kantor atau
perusahaan, tugas OB/OG sudah secara tertulis dan diamanatkan oleh atasan, rata-rata
samalah yah tugasnya membantu pekerjaan setiap karyawan, divisi dan atasan.
Namun kamu sadar gak sih? Mereka membantu tapi bukan pembantu. Banyak karyawan yang gue liat memperlakukan mereka seolah-olah mereka itu adalah pembantu pribadi.
Sangat jarang bagi gue menyuruh membuatkan kopi ke OB/OG dan dibawakan di meja kerja gue, jika terjadi biasanya sedang meeting jadi gak sempat keluar untuk bikin kopi sendiri di pantry. Gue melihat banyak karyawan yang tidak tau diri menganggap OB/OG menjadi pembantu mereka secara personal. Contohnya, menyuruh membeli kebutuhan karyawan tersebut di Indomaret/alfamart. Menyuruh mencari jajanan abang-abang yang entah dimana, pokoknya “aku pengen makan ini, tolong cariin sih”. Ada juga yang seenaknya memerintah anterin makan siangnya yang sudah dibeli oleh OB/OG ke meja kerja mereka. Ada yang minta dikupasin buah, banyaklah pokoknya yang menurut gue konyol.
Gue sering minta tolong nyuciin kendaraan ke OB namun setelah dicuciin, gue pasti selalu bayar karena menurut gue itu reward buat mereka karena mengurus hal pribadi gue.
Mengapa kalian seperti itu? Kadang gue memperhatikan dalam diam, berpikir dan berbicara dalam hati “mungkin kalian gak pernah punya pembantu di rumah dari kecil, jadinya bisa seenaknya memperlakukan orang” istilahnya gak mau rugi dan jadi manja dadakan. Padahal, kalau pulang ke rumah masing-masing, kalian bisa kan mengerjakan semua sendiri?
Namun kamu sadar gak sih? Mereka membantu tapi bukan pembantu. Banyak karyawan yang gue liat memperlakukan mereka seolah-olah mereka itu adalah pembantu pribadi.
Sangat jarang bagi gue menyuruh membuatkan kopi ke OB/OG dan dibawakan di meja kerja gue, jika terjadi biasanya sedang meeting jadi gak sempat keluar untuk bikin kopi sendiri di pantry. Gue melihat banyak karyawan yang tidak tau diri menganggap OB/OG menjadi pembantu mereka secara personal. Contohnya, menyuruh membeli kebutuhan karyawan tersebut di Indomaret/alfamart. Menyuruh mencari jajanan abang-abang yang entah dimana, pokoknya “aku pengen makan ini, tolong cariin sih”. Ada juga yang seenaknya memerintah anterin makan siangnya yang sudah dibeli oleh OB/OG ke meja kerja mereka. Ada yang minta dikupasin buah, banyaklah pokoknya yang menurut gue konyol.
Gue sering minta tolong nyuciin kendaraan ke OB namun setelah dicuciin, gue pasti selalu bayar karena menurut gue itu reward buat mereka karena mengurus hal pribadi gue.
Mengapa kalian seperti itu? Kadang gue memperhatikan dalam diam, berpikir dan berbicara dalam hati “mungkin kalian gak pernah punya pembantu di rumah dari kecil, jadinya bisa seenaknya memperlakukan orang” istilahnya gak mau rugi dan jadi manja dadakan. Padahal, kalau pulang ke rumah masing-masing, kalian bisa kan mengerjakan semua sendiri?
Dan sering gue perhatiin, banyak
dari karyawan yang lupa meminta tolong untuk menyuruh dan mengucapkan terima
kasih telah dibantu. Sebenarnya simple sih ya, tapi OB/OG masih manusia, tolong
dihargai dan ucapan-ucapan itu gak susah kok buat dilakukan.
Manusia, memang berbeda-beda. Lahir
dan besar dalam lingkungan yang berbeda. Proses pembentukkan karakter pun
disadur dari banyak pengalaman dan situasi.
And will thank to God, memberikan orang tua dan keluarga yang memiliki karakter yang baik. Bokap nyokap gak punya banyak warisan tanah atau lainnya. Mereka mewariskan karakter untuk anak-anaknya, salah satunya menghargai setiap orang dari latar belakang dan profesinya.
And will thank to God, memberikan orang tua dan keluarga yang memiliki karakter yang baik. Bokap nyokap gak punya banyak warisan tanah atau lainnya. Mereka mewariskan karakter untuk anak-anaknya, salah satunya menghargai setiap orang dari latar belakang dan profesinya.
Di kantor, saya jarang banget minta tolong sama OB. Sekali pun harus nyari dokumen di kardus yang bertumpuk-tumpuk di gudang, selama saya masih bisa, saya ngerjain sendiri. Sadar betul kalau mereka sudah ngerjain banyak kerjaan seperti nyapu ruangan, ngepel, lap meja, kadang nyuciin gelas dan piring yang ada di meja kerja karyawan, dan masih banyak lainnya.
ReplyDeleteDengan begitu, saya cuma berharap bisa sedikit memberikan keringanan supaya mereka juga kerjanya enggak diporsir banget.
Inspiratif mas.
DeleteSetuju! Memperlakukan manusia dengan manusiawi itu memang penting sekali. Apapun status dan posisi kita, itu hanyalah status dan posisi, bukan "trade mark" kemanusiaan yang seharusnya menjadi "human right" atau hak azasi manusia.
ReplyDeletePembantu hanyalah manusia yang membutuhkan pekerjaan dan dengan cara itu mereka hidup dan menghidupi keluarga mereka. Di bahu mereka kadang terpikul beban yang jauh lebih berat dan lebih mulia daripada kita.
Terima kasih atas komentarnya mas. Inspiratif!
DeleteKalau suamiku tipe orang yg gak gengsian nyapa OB, ngobrol sama OB, dll
ReplyDeletekarena kita gak pernah tau nasib OB itu nanti dimasa depan. Siapa tau aja dia bisa sukses dan masih ingat kita.
Yup. Nasib orang siapa yang tau, betul itu! thanks atas komentarnya ya
DeleteDi kantor saya nggak ada OB/OG. Jadi ya semuanya dikerjakan sendiri sama karyawan. Gelas minum juga tanggung jawab masing-masing buat nyuci di sore hari sebelum pulang kerja
ReplyDeletelebih mandiri ya mbak hehe
DeleteSetuju banget nih, kebanyakan orang menyalahgunakan kekuasaan, i'ts ok jika ob/og posisi jabatannya lebih rendah tapi itu bukan berarti bisa menyuruh semaunya aja.
ReplyDeleteIya betul mbak Riska
DeleteOBOG itu manusia. Aku sejak kecil alhamdulillah diajarin ama ibu bapak, untuk selalu melihat mereka itu manusia. Bahkan dengan tenaga kebun, aku dibiarkan bermain bersama mereka saat mereka kerja. Saat istirahat, kami bisa makan siang bareng di kebun. Mereka adalah sama manusia dg kita, tetapi cuma beda profesi.
ReplyDeleteSuka sedih saat ada saudara sendiri yang kesannya gk mau rugi bayar pembantu dan memintanya aktif kerja dari pagi hingga malam.
Terima kasih atas komentarnya mas arigetas
DeleteWah pendidikan orang tua mbak bagus banget. Meski ada orang yang bantu-bantu tapi tetap harus bisa mandiri dan memperlakukan mereka dengan baik. Saya juga belajar banyak sih dari mama saya yang kalau memperkerjakan orang pasti diperlakukan dengan baik bahkan sering dikasih barang ini itu, katanya biar betah.
ReplyDeleteBtw mbak, kalau boleh saran, tulisannya bisa dikasih jarak lagi antar paragraf biar lebih enak dibaca. ^_^
Iyaaa, bersyukur banget kalo ortu mengajarkan attitude yg baik yaa
DeleteAlhamdulillaaahhh
terima kasih atas sarannya.
Deleteiya terima kasih ya
Setiap insan adalah sama tanpa terkecuali, yang berbeda adalah bagaimana kondisi hatinya.
ReplyDeleteAlhamdulillah orang tua selalu mengingatkan untuk tidak bersikap sombong dengan sesama. Terima kasih pengingatnya.
iya mbak Asih, terima kasih juga ya komentarnya hehe
DeleteKalau saya ketika melihat mereka santai dan sedang tidak sibuk melakukan sesuatu.. baru biasanya minta tolong yg ringan2 saja... soalnya pernah ada ob yang merasa tersinggung...ga pernah dimintakan tolong saya....
ReplyDeleteiya kadang juga ada OB yang malas minta ampun, yah kita sebagai yang lebig terdidik harus lebih pintar menempatkan diri.
DeleteDi kantor saya OB "cuma" bersih-bersih, nyapu dan ngepel sebelum jam kerja mulai. Kalo nyuci gelas, mangkuk, bikin kopi teh, tanggung jawab masing2. Beli jajanan tinggal order via ojol.
ReplyDeleteIya mbak Ayun. Di Kantor saya OB/OG agak capek kerjanya hehe
Deleteyap di tempat kerja, OB kerjanya membantu. kalaupun saya minta tolong belikan makanan, beliau saya belikan jg. sebab dulu kan ojol gak ada, mau minta tolong ke siapa lagi kalau bukan beliau
ReplyDeleteIya mbak Artha. Yakinlah disaat kita memberi, kita akan menerima. Terima Kasih ya komentarnya
DeleteSebenarnya menurut saya pribadi,itu kembali dari didikan orang tua.
ReplyDeleteMau ada atau nggak 'pembantu' kalau didikan orang tua salah. Ya salah aja
Adik perempuan saya aja pernah cerita pengalamannya magang disuatu perusahaan swasta.
Pulang dari magang langsung babibu cerita panjang lebar.
Memang sih ya, mesti anak magang bukan hal jadi kesempatan buat nyuruh-nyuruh. Kalau disuruh fotocopy berkas,angkat telpon,mengamati karyawan lain kerja ya masih taraf normal.
Lah ini disuruh beli jajanan ice cream lah, nasi padang lah, kebutuhan lagi datang bulan lah.
Duh greget dengernya.
Itu anak magang,apalagi OB nya coba
Aduh baca cerita mbak elva, bikin gemes.
DeleteKalau boleh tau, alasan apa yang membuat orang tua Anda lebih memilih anak tinggal laki dibanding perempuan?
ReplyDeletekarena lebih menjaga di rumah dan lebih bisa kerja yang agak berat, seperti angkat-angkat ember dan bersih-bersih pekarangan. soalnya ibu saya senang bersih-bersih rumah dan masak, lebih ke fungsional ngambil yang cowok.
Deletewah mbaaa aku baru tau ada istilah penyebutan ini dan aku kalo based on my experience, pernah punya pengalaman traumatis sama pembantu ini, makanya kalo nanti punya anak aku mau aja ada mba tp yang ga full time dan menginap gitu.
ReplyDeletepengalaman apa mbak? bisa dibagi dan diceritakan? hehe
DeleteAku nggak bekerja sih mbak, tapi ada beberapa kawan yang punya asisten rumah tangga di rumah, kadang kasihan juga lihat mereka diperlakukan maaf kata sepele atau rendah gitu. Padahal kalau dipikir kalau gak ada mereka, urusan si bos juga bisa keteteran dan mereka juga kan punya perasaan ya
ReplyDeleteitulah, kadang gak tau diri. hmmm
DeleteKadang ada orang-orang yang kurang bisa memanusiakan manusia ya mba Gina. Mereka merasa orang-orang tersebut derajatnya lebih rendah. Padahal, orang yang bener2 mental kaya, malah lebih bagus dalam memperlakukan orang Lain..
ReplyDeleteiya mbak. Semoga kita selalu diberikan sikap rendah hati
DeleteAku nggak bekerja di kantoran sih jadi kalau untuk urusan rumah semuanya kukerjakan sendiri selama ini tanpa asisten rumah tangga.
ReplyDeleteTapi pernah dengar juga cerita teman, kalo di kantornya, OB selain membersihkan kantor biasanya juga sering diminta belikan makanan atau membuatkan mie instan untuk makan siang.
Saya ppernah juga menyuruh membuatkan mie, sekali saja dan itupun alasan karna darurat. Gak pernah sering atau dua kali
DeleteOB di kantor saya dulu ada yang malas, ada yang rajin.
ReplyDeleteKalau saya mah memberdayakan OB/OG buat mintol beliin makan (dulu, zaman belom ada gofood atau sejenisnya hahaha), kalau bikin kopi, saya prefer sendiri, biar lebih pas dengan selera saya.
Palingan, lantai di meja saya bersih dan wangi, udah cukup deh :D
iya ada OB yang malas, heheh suka kezel
DeleteAku juga kurang setuju kalau ob di kantor itu disuruh-suruh hal lain di luar job desc utamanya, apalagi kalau nggak kasih upah. Kasian kak, mereka kan bukan bertugas melayani kita aja ya kan
ReplyDeleteiya, padahal jobdesknya membantu kita dalam pekerjaan kantor
DeleteWarisan karakter dr orang tua itu yg paling penting dibandingkan dengan yang lainnya.
ReplyDeleteKebanyakan orang emang blom aware suka seenaknya menyuruh Ob melakukan hal2 diluar jobdes. Kalo aku justru menjadikan mereka teman, tapi suka malu sendiri mereka malah tambah baik dengan melayani Dan ku risih hihiii
nah itu dia, tapi memang ada juga OB yang malas hmmm, suka kesel hehe
DeleteTulisan ini meningatkan kita untuk lebih menghargai pekerjaan OB/OG ya bahwa mereka juga pekerjaan profesional
ReplyDeleteiya Betul, sama seperti karyawan lainnya
DeleteKalo hanya ngupasin buah mesti nyuruh OB, Waah keterlaluan banget. Punya tangan buat apa sih emangnya!
ReplyDeleteMemperlakukan orang lain jgn melihat dari profesinya, mungkin iya dia berprofesi sebagai OB. Tapi tidak selayaknya diperlukan seperti itu.
Hargai mereka sebaik-baiknya dan perlakuan mereka secara manusiawi. Dihadapan Tuhan, kita itu sama saja, yg membedakan hanya amal perbuatannya
semoga kita diberikan kerendahan hati. Amin
DeleteMemang bukan warisan harta yang sangat penting adalah warisan karakter. Kita akan menjadi sosok seperti yang mereka tanam dalam diri kita hal-hal yang bisa kita biasakan di rumah
ReplyDeleteIya benar sekali mbak Anggi. Thanks for ur comment ya
DeleteBersyukur bgt yaaa punya ortu yg bijaksana. Semoga ini menginspirasi para ortu juga seperti diriku utk mewariskan karakter yg baik dan mulia
ReplyDeletependidikan karakter itu sangat berguna buat bekal kita nanti selain pendidikan agama.
DeleteAku pun sampaikan ke anak anakku ya begitu. Bukan berarti kita mampu menggaji orang trus kita sewenang-wenang. Harus tetap hormati juga ART
ReplyDeleteYup! pesan yang baik mbak Rach
Deletekalo di kantor zaman saya kerja, OB-nya suka dimintain beli ini-itu tetapi setelah itu ya dikasih tips. Soalnya itu kan urusan pribadi dan sebagai tambahan penghasilan buat dia.
ReplyDeleteIya Mbak, gpp disuruh untuk urusan pribadi, tapi dikasih tip hehe
DeleteSaya jg paling kesel sama orang yang sok jagoan nyuruh-nyuruh OB semena-mena. Padahal kan bukan tugasnya mereka sih melayani karyawan.
ReplyDeleteIya Kak. Kak beliin Jam donk, #eh hahaha canda Kak
DeleteTulisan pengingat yg bagus banget bahwa manusia itu sama.
ReplyDeleteDulu waktu kerja, OBOG kerjanya hanya di area toilet, area umum (koridor, r. meeting0. Kebersihan ruangan yg digunakan, tanggungjawab yg kerja, punya piket giliran. Sehingga OBOG sama seperti karyawan lainnya.
Ya itu baru bener mbak!
Deleteselama saya masih bisa dan sempet bikin minuman sendiri di kantor, saya usahakan utk bikin sendiri.
ReplyDeletedan lebih sesuai selera ya mbak? hehe
DeleteAlhamdulillah ob og di kantorku di perlakukan dengan sangat baik dan punya kedekatan emang sama semua karyawan.. Kerjanya Bagus, kita pun karyawan adanuang kas khusus utk lbh memakmurkan mereka
ReplyDeleteAduh, menginspirasi. Ada uang Kas. Aku pen usulin seperti itu ah
DeleteAku setuju dengan istilah membantu, bagaimanapun mereka OG/OB adalah manusia juga yang kedudukannya sejajar dengan manusia lainnya.. dan mereka juga punya hati dan perasaan maka itu jaga hati mereka sebagaimana menjaga hati teman dan keluarga kita sediri ya mbak
ReplyDeleteIya mbak Elly
DeleteSaya pernah kerja di suatu tempat yang emang basicly isinya para juragan. Btw, saya kerja disitu karena skill saya yang dibutuhkan sama mereka. Nah, sampai saya lihat pada perlakuan ke OB yang kurang egaliter.
ReplyDeleteSaya lihatin kalo pagi si OB ini gak ada ceria-cerianya. Mungkin banyak utang, atau ada masalah lain. Tapi dugaan saya sih sikap karyawan di tempat kerja itu.
Setelah saya resign, ketemu lagi sama OB ini, dia baru berani curhat.
Sikap sebagian kita memang tidak manusiawi sih.
Turut prihatin, semoga kita semua diberikan sikap rendah hati terhadap sesama manusia ya bang Doel
DeleteDi kantor saya dahulu, OBOG sudah seperti keluarga. Bahkan, kami menyisihkan zakat setiap bulan yg salah satu tujuannya untuk bergiliran menaikhajikan mereka. jadi setiap tahun itu pasti ada 1 OB yg naik haji. Jadinya orang rebutan mau jadi OBOG di kantor saya dahulu. Hehehe. Setelah jadi ibu rumah tangga pun, waktu masih pakai ART, keluarga kami memperlakukannya selayaknya manusia. Tidak ada dibeda-bedakan. Alhasil, meski sekarang dia sudah tak bekerja dengan kami lagi, setiap ke Bali, mesti dia datang bertamu ke rumah. Prinsipnya, jika kita ingin diperlakukan baik, maka perlakukan orang lain dengan baik.
ReplyDeleteIya Mbak! mantan ART saya sampai sekarang masih menjalin silahturahmi di Facebook hehe, meskipun dia udah kerja di Malaysia
DeleteDulu waktu masih ngantor, punya OG yang bingung kalau nggak ada kerjaan. Setelah bersih-bersih, praktis dia udah ga ngapa-ngapain. Suka nawar-nawarin untuk beliin makanan ataupun bikinin mie instan. Malah pernah dia komersilin nih, dia beli sendiri mie instan dan telur, nah siapa yang mau tinggal beli ke dia. Sekaligus dibuatin dan diantarkan ke meja. OG yang sungguh cerdas.
ReplyDeleteBetul! kita kenyang, mereka happy!
DeleteSetuju banget. OB OG ini memang membantu bukan pembantu. Jadinya ya kita wajib memperlakukan dia setara. Suka sebel deh sama orang yang ngerendahin mereka. Kayak di mall-mall gitu. Kalo di kantor dulu sih, Alhamdulillah semua pada baik ke OB
ReplyDeleteIya Mbak, kesel kan? Yah semoga mulai dr kita selalu diberikan sikap rendah hati.
DeleteWaktu kecil nggak ada yang bantu-bantu mamah, sekarang pun dikerjain sendiri aja kerjaan rumah tangga, dan memang sewaktu masih kerja kadang lihat karyawan lain suka nyuruh ini itu ke OB kalau saya selagi masih bisa dikerjain sendiri ya kerjain aja, rasanya sungkan minta tolong orang lain untuk hal-hal pribadi
ReplyDeleteKarena mereka di gaji untuk keperluan perusahaan.
DeleteKarena sudah terbiasa bekerja dirumah, pas ada OB di kantor, tetap ada perasaan risih ketika dibuatkan minuman pertama kali.
ReplyDeleteKatrok ya...
Selanjutnya, aku lebih suka buat sendiri, hihihi.
Kecuali itu tadi, pas ada sesi rapat
Setuju OB/OG memang membantu, bukan pembantu!
iya begitulah mbak. Padahal kalau kitasudah terbiasa bekerja di rumah, knp di kantor nyuruh-nyuruh? mungkin katrok hehe
DeleteAnak tinggal. Sebutan yang unik.
ReplyDeleteSuami saya juga suka ngopeni anak orang,untuk bantu-bantu. Tak pernah kepikiran menyebutnya anak tinggal. Kadang berseloroh dengan menyebut 'anak' padahal usia kami paling terpaut 10 tahun.
Ah, saya jadi kangen punya anak tinggal lagi. Sejak usaha kami bangkrut, semua sudah beda, sekarang.
Tetap semangat mbak!
DeleteIya setuju aku dulu zaman kerja ga pernah nyuruh2 kecuali ngasih uang sbg upah..
ReplyDeleteYup! Boleh nyuruh urusan pribadi yah skali-skali kasih tip hehe
DeleteMba, saya baru tau istilah "anak tinggal", jadi lebih bijaksana gitu. Emang kita harus memperlakukan seperti OB dengan cara yang baik. Karena mreka juga manusia yang punya hati juga sama kayak kita. Kalo aku belum pernah merasakan ada orang "asing" yang ikutan tinggal dirumah, semua Ibuku yang beresin hehe
ReplyDeleteIya, anak tinggal..sebutan yang diberikan kedua orang tuaku. Terutama ibuku yang sudah almarhumah
Deleteya bener, OB itu membantu bukan pembantu. Banyak yang nyuruh OB seenaknya dengan alasan MEREKA DIBAYAR gak apa-apa kan? seharusnya yang nyuruh kalo mempekerjakannya diluar tugasnya ya kasih dia upah diluar itu.
ReplyDeleteMisal kalo disuruh beli bakso ya belikan dia bakso juga, jangan hanya kebagian bau basonya saja
Hahaha, ngomongin baso jadi laper mas.
DeleteSetuju banget
ReplyDeleteTindakan semena mena cuma menunjukkan sikap feodal yang harus dihapus
Kek Kompeni donk mbak? hehe
DeleteZaman dulu aku masih kerja kantoran, aku suka kasih tip buat OB atau OG yang aku minta tolong beliin makan siangku. Jangan lupa bilang 'tolong' dan ucapkan 'terim kasih' karena mereka membantu. Kita juga terbantu dengan kerja mereka. Ga boleh semana2 ya sama mereka.
ReplyDeleteIya, kata-kata tolong dan terima kasih aku suka kesel kalo ada teman kantorku gak pernah ucapin hmm.
DeleteSenang dan bangga dengan orang tua yang punya kedisiplinan untuk menanamkan karakter baik terhadap ank, sejak dini. Semoga saya bisa mencontoh ayah dan bunda Mbak Gina. Salma sungkem buat beliau ya...
ReplyDeleteDari saya seorang ibu yang sedang banyak belajar untuk mendidik anak
Salam kenal mbak Salma, semoga kita diberikan sikap seperti orang tua kita yang baik budi pekertinya. Amin
DeleteSaya setuju, Mbak.
ReplyDeleteOB atau OG memang bukanlah pembantu kalau bs lakukan sendiri sebisa mungkin jgn nyuru2 mereka. Saya pun dl saat kerja kalau mnta bantuan OB keluar atau nitip beli amkaan misalnya saya selalu kasih dia uang atau beli dua sama dia dg kata2 saya traktir. Saya pun srg ajang nongkrong dinoantai bareng teman2 kantor yang lain.
yah seharusnya begitu, kan mereka juga punya perasaan apalagi dikit-dikit nyuruh gak kasih tip hmmm
DeleteTulisannya menginspiratif mbak..
ReplyDeleteBahwa kita harus memperlakukan semua org dgn baik tanpa memandang status sosialnya
Terima kasih mbak Dee
DeleteNah, ini nih yang suka bikin aku gemes, Mbak. OB dipekerjakan di perusahaan tuh sudah dengan tugas masing-masing. Memang ada sih, OB yang tugasnya khusus membuatkan minuman pagi dan stok air putih di teko ke setiap meja di seluruh sudut kantor. Tapi ada juga yang sebenarnya tugasnya hanya bersih-bersih.
ReplyDeleteTapi ya, entah bagaimana awalnya kok bisa jadi disuruh beli cemilan, makan siang, dll. Saat OB tersebut sedang luang, mungkin oke aja ya, tapi mbok ya diberi tips gitu. Entah berupa uang atau ekstra beli paket makan siang buat dia. Kan, sifatnya minta tolong.
Semoga semakin banyak orang-orang yang menyadari bahwa ucapan tolong, terima kasih, dan maaf itu, luar biasa dampaknya.
Peryataan mbak dan komentar mbak sudah melengkapi kegelisahanku soal issue ini hehe. Thanks
DeleteSaya setuju banget sama semua yang Mbak Gina tulis di atas.
ReplyDeleteSaya dari keluarga sederhana tapi dulu ibu saya punya asisten rumah tangga juga. Ada yang nyuciin dan seterikain, masakin juga. Tapi saya dan adik2 dididik untuk bisa melakukan sendiri beberapa pekerjaan rumah. Kalo macam pakaian dalam, kami gak boleh suruh orang cuciin.
Suka mikir juga, OB/OG yang disuruh2 cariin makanan itu bagaimana ya, yang sampe harus ke luar kantor atau gedung.Padahal kan kerjaan mereka sebenarnya di dalam kantor, ya.
Banyak banget mbak, pada seenaknya nyuruh bak pembantu pribadi. Kita yang dengar dan lihat kadang risih banget
ReplyDeleteKezel, pen negor ntar dituduh kepo atau suka mencampuri urusan orang lain. Yah hanya dengan menulis, saya bisa curcol hehehe
DeleteOB/OG menurutku pekerjaan yang tak mudah. Aku juga sepakat kalo mereka mesti diapresiasi bukan sebagai pembantu tapi hanya membantu.
ReplyDeleteYes! Thanks for ur comment ya :)
DeleteIni baru yang namanya memanuasiakan manusia ya mbak krena jujur ku suka sediiiih banget lihat baby sitter yang nggak ikut makan saat majikannya6makan. Malah kdang ada yg nggak dikasih tempat duduk jdi cma gendong anaknya aja. Duh tega banget
ReplyDeleteBanyak yang begitu, semoga tulisan ini tersampaikan dan tepat sasaran.
DeleteIntinya terletak pada empati sih sebenarnya ya. Saya termasuk yang ngga enakan kalau nyuruh-nyuruh orang sembarangan meski sama karyawan sendiri. Jadi selain tugas yang bukan tanggung jawabnya, tidak akan saya bebankan sama yang bersangkutan. Kalaupun harus meminta bantuan, tak lupa katakan tolong dan terima kasih.
ReplyDeleteIya, banyak yang bersimpati tetapi sedikit yang berempati
DeleteSaya ngga pernah nyuruh OB untuk urusan pribadi saya. Ga enak dan ga etis aja karena mereka bukan asisten pribadi saya.
ReplyDeleteKeren mbak Sugi!
DeleteMembaca tulisan ini saya jadi ingat ayah saya, beliau juga seorang OB 😊
ReplyDeleteSalam hormat buat Ayahnya.
DeleteSetuju banget mbak, mereka bukan pembantu.. dan saat kita memerlukan bantuan mereka kita juga harus dengan cara yg benar, yaitu jgn lupa "tolong" dan "terima kasih" 😊 jadi ingat dulu sama ibu yg bantuin membersihkan rumah serta menjaga adik, tiap hari kami terbiasa makan bersama..
ReplyDeleteIya, Memanusiakan manusia
DeleteYa walaupun di rumah ada pembantu, jgn semua diserahkan semua pekerjaan pada pembantu. Dan bila kita menyuruh dia, gunakan kata minta tolong dan bila selesai ucapkan terima kasih. itu lebih enak didengar.
ReplyDeleteSetuju Mbak
DeleteDi kantorku yang dulu OB kyknya diperlakukan sama seperti karyawan lain. Hampir gak ada yang mintol beliin apa gtu ke OB kecuali para big boss hehe. Kalau karyawan biasa ya jalan sendiri beli makan atau beli yang dia butuhkn, kecuali kalau butuh kirim paket atau apa gtu baru minta tolong. Yg penting jgn merendahkan posisi OB krn tanpa mereka sistem gk jalan
ReplyDeleteNamun, memang ada beberapa karyawan di kantor saya yang gayanya udh mirip big boss hehe
DeleteSemoga aku termasuk orang yang tidak lupa bersikap santun kepada siapa pun termasuk OB/OG.. Karena mereka sangat membantu banget..
ReplyDeletedianesuryaman dot com
Amin!
DeleteIntinya ya kita harus menghargai sesama, siapapun itu termasuk OBOG ataupun seseorang yang biasa membantu kita di rumah
ReplyDeleteIya mbak. Karena disaat kita menghargai orang lain maka akan diperlakukan demikian thdp diri kita
DeleteKeren yah orang tuanya punya sikap yang bagus dalam mengajarkan anak2nya untuk menghargai apapun profesi orang lain termasuk profesi sebagai OB. Memang seharusnya sikap kita begitu ya Mbak.
ReplyDeleteOrang tua kita memberikan bekal melebihi harta dan kekayaan duniawi hehe
DeleteSetuju banget mbak. Apapun profesinya memang kita mesti menghargai orang lain. Karakter yang bagus, two thumbs up 😊
ReplyDeleteSetuju! Sesama manusia harus saling bekerja sama satu sama lain. Terlepas apapun status dan profesinya. Toh OG ataupun OB memiliki tugas dan tanggung jawab juga peranan yang sama penting sperti profesi lainnya.
ReplyDeleteYep! Harus saling menghargai satu dengan yang lain
DeleteSetuju bgt nih. Aq jgbmengajarkan ank q dgn pekerjaan2 rumah tangga, mualai dr yg gampang2 aja sih. Jika kelak dewasa nanti mereka jd tdk ketergantungan dgn yg nm nya asisten rmh tgga. Lebih bs mandiri lah ya ..
ReplyDeleteKarena hanya itu yang harus dibekali kemampuan mandiri karena harta pasti ada abisnya
DeleteBenar banget, Mba. OB juga manusia seperti kita yang butuh dihargai :)
ReplyDeleteYep! harus saling menghargai satu dengan yang lain walaupun beda profesi
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteCerita yang menarik dari mbak. Terima kasih ya sudah berbagi cerita
DeleteIya kebanyakan mereka memperlakukan layaknya pembantu, ku suka gemes deh, kadang nyuruhnya diluar jobdesk mereka, kan kasian ya mereka juga kalau disuruh2 jadi keteteran kerjaannya yang lain.
ReplyDeletembak juga punya pengalaman dengan hal tersebut?
Delete“jangan mentang-mentang kamu punya orang-orang yang bisa bantu, kamu bisa seenaknya terhadap mereka” ini pesan saya gunakan jika nanti ada orang yg saya mau minta tolong.. biasanya saya orangnya suka meminta tolong tapi tidak cukup untuk bilang terima kasih biasanya saya kasih uang atau belikan susu untuk anak mereka
ReplyDeleteInspiratif! terima kasih ya sudah berbagi
DeleteAku gak pernah sih kerja di kantoran, tapi kalau buat aku selama masih bisa dikerjakan sendiri kenapa harus nyuruh orang lain
ReplyDelete