Saya menyukai sepatu, dibanding tas. Begitu berbeda dengan wanita pada umumnya. Sepatu yang saya suka bukan sepatu heels atau sepatu dengan hak yang tinggi. Saya menyukai sneakers (sepatu kets), gemar hanya melihat dan senang untuk memiliki.
Bagai berada di taman surga, ibaratnya. Itulah yang saya rasakan disaat datang di sebuah toko yang menjual sneakers. Sebuah kepuasaan, melihat dan memegang walau tak memiliki atau membelinya.
Sepatu dengan satu label tertentu menjadi kegemaran saya. Selalu masuk daftar dari beberapa barang impian saya yang kelak saya beli di setiap tahun.
Sore itu, tak sengaja saya melihat sepatu dengan label dan warna yang sama dipakai. Saya tidak melihat langsung, tetapi jelas bahwa itu adalah sepatu yang saya impikan.
Kamu memakainya, kamu dan sepatu berwana merah muda. Tak begitu jelas warnanya apakah sama seperti yang aku kira, bisa berubah namun itu yang aku lihat dari hasil bias kamera.
Padahal untuk urusan sepatu dan urusan kamu jelas berbeda, ada cara yang tak sama untuk mendapatkannya. Tetapi sepatu dan kamu adalah daftar yang aku punya. Daftar yang ingin kumiliki untuk sebuah sepatu, dan kamu, itu lain cerita.
Tidak seperti sepatu merah muda itu yang sudah kulihat sekian lama, kamu datang secara tiba-tiba. Nyaman sekali kulihat sepatu itu pada dua kakimu, bolehkah aku merasakannya?
Kalau boleh saja berandai, jika dirimu ada dalam gerai sepatu dan dipanjang bersama sepatu merah muda itu. Mungkin aku akan membeli kamu dahulu, meninggalkan sepatu merah muda.
Sepatu itu tidak minta dipilih, tidak bisa bicara karena dia benda mati. Aku pilih kamu, karena aku takut kamu diambil orang lain. Kamu hidup, hembusan nafasmu bisa didengar oleh orang-orang dalam gerai sepatu, yang nantinya tak cukup sekian detik kamu akan diambil. Bisa seperti itu? Membiarkanmu..aku rasa aku tak bisa.
Cerita sepatu nanti dilanjutkan pada cerita berikutnya, tak perlu sepatu untuk bisa berjalan bersamamu, cukup cinta saja. Kamu pasti paham.
No comments